Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga sikap akomodatif dan mempertahankan perannya dalam mendukung kebijakan fiskal pemerintah.
Walau di tahun ini defisit fiskal masih akan tinggi (target 5,7% PDB di 2021), namun pemerintah mencanangkan penurunan secara bertahap ke level 3% di tahun 2023.
“Berbagai dukungan kebijakan moneter dan fiskal, percepatan penanganan pandemi, dan membaiknya rasio pinjaman terhadap simpanan perbankan diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi domestik di 2021,” ujar Katarina.
Lebih lanjut Katarina mengatakan bahwa MAMI memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil di tahun 2021, didukung oleh beberapa faktor seperti USD yang cenderung lemah dikarenakan kebijakan akomodatif The Fed dan pemerintah AS, berkurangnya tekanan pada neraca berjalan, inflasi yang terkendali, dan porsi kepemilikan asing yang rendah terhadap aset finansial Indonesia.
Namun, seiring dengan laju pemulihan ekonomi yang akan meningkat di tahun ini, impor juga diperkirakan akan mengalami peningkatan sehingga berpotensi membuat defisit neraca berjalan di tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan tahun 2020.
Sementara itu, implementasi omnibus law akan menjadi katalis penting yang harus dicermati bagi dimulainya siklus investasi di Indonesia.
Omnibus law berpotensi mengubah Indonesia menjadi salah satu hub rantai pasokan Asia, dan diharapkan dapat menangkap kesempatan relokasi perusahaan dalam upaya mendorong penciptaan lapangan kerja di dalam negeri.
Sentimen terhadap pasar finansial Indonesia akan mengalami normalisasi, sehingga dana investor asing diperkirakan akan kembali masuk pada tahun ini.
“Inisiatif vaksinasi, dukungan pemerintah dan bank sentral dalam mendorong perekonomian telah memicu pergeseran sentimen terhadap pasar finansial negara berkembang, termasuk Indonesia. Potensi inflow masih terbuka bagi Indonesia, mengingat kepemilikan asing di pasar saham dan obligasi yang saat ini masih relatif rendah serta potensi imbal hasil yang masih menarik di pasar finansial Indonesia.
Khusus pada pasar saham Indonesia, peluang inflow masih besar, mengingat net flow di bulan November 2020 baru mencapai USD245 juta sementara net outflow pada periode 2017 hingga Oktober 2020 sebesar USD6.34 miliar.
Pasar saham
Samuel mengatakan, pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja -5,1% pada tahun 2020, sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompok yang tertinggal.
Dengan kenaikan tinggi yang mulai terjadi di dua pekan pertama tahun ini, memang valuasi pasar saham tidak semurah tahun lalu, namun secara relatif masih salah satu yang paling menarik bila dibandingkan dengan kawasan lain.
Apalagi kepemilikan asing di pasar saham Indonesia pun masih berada di salah satu level terendah sejak 2013.”
Lebih lanjut Samuel menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi global di tahun 2021, kondisi geopolitik yang lebih kondusif, dan USD yang relatif lemah akan menopang sentimen pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pemulihan earnings juga akan berlangsung sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Di tahun 2021, MAMI mengunggulkan tiga sektor, yaitu sektor material dan energi, sektor telekomunikasi, dan sektor finansial.
Sementara IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 6.740 – 7.040.
Pasar obligasi
Berbicara mengenai ulasan pasar obligasi di tahun 2020, Ezra mengatakan, tahun lalu, pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja yang sangat tinggi, sebesar 14,7%, dengan didukung oleh pemangkasan suku bunga global, tingginya likuiditas domestik dan manajemen utang pemerintah yang baik.
Komentari tentang post ini