Kepala Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Yekti Asih Purwestri selaku pemateri ketiga menyatakan dalam penelitian resistensi bibit padi lokal terhadap kondisi kekeringan dapat diteliti dengan metode OMICS (genomics, transcriptomics, metabolomics) untuk mengidentifikasi gen yang berperan untuk ketahanan kekeringan di padi.
“Maka bisa menggunakan gene-editing technology, untuk membuat padi menjadi lebih tahan terhadap perubahan iklim, khususnya saat terjadi kekeringan,” terangnya.
Penelitian beras hitam dari metode gene-editing juga mengesankan menurutnya, karena memberikan jaminan tinggi nutrisi dan rendahnya indeks glikemik, sehingga lebih aman dikonsumsi oleh pasien diabetes.
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Yudhistira Nugraha menyatakan saat ini BRIN sudah meneliti manajemen pangan berkelanjutan dengan bioteknologi dan rekayasa genetik menjawab ancaman perubahan iklim.
Penelitian ini guna menjamin kelengkapan gizi bagi masyarakat.
“Sebelumnya pemanfaatan bioteknologi untuk menjaga ketahanan tanaman pangan dari ancaman hama, kini penelitian diperdalam dengan menguji ketahanan tanaman dari virus. Kemudian ini menjadi menantang karena tanaman pangan yang diuji dari Indonesia punya ciri khas sebagai tanaman negara tropis,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Sung-Ryul Kim dari International Rice Research Institute (IRRI) menambahkan, teknologi untuk gene-editing untuk tanaman padi terus dikembangkan menjadi lebih baik. Harapannya, dengan pengembangan fasilitas penelitian, uji gene-editing untuk menjamin ketahanan dan produktivitas pangan bisa terwujud.
“Penyelenggaraan workshop merupakan bagian dari pencapaian tujuan nomor satu yaitu membangun kapasitas peneliti Indonesia-Australia dalam menghadapi perubahan iklim,” pungkas Hendry.
Komentari tentang post ini