Maka dari itu penggunaan API (Application Programming Interface) yang terintegrasi dengan layanan DBS RAPID menjadi bagian dari solusi DBS MAX QRIS.
Untuk mendukung transformasi digital bagi UKM, penggunaan API dengan ketentuan perjanjian transaksi antara pembeli dan penjual langsung masuk ke dalam barisan kode, diperkirakan menjadi populer di kalangan pelaku bisnis di seluruh Asia.
Sebanyak 82% bisnis di Asia Pacific (APAC) melihat API sebagai komponen penting dari strategi digital mereka di masa depan.
Sebagai contoh, konektivitas API dengan bank diperkirakan berkembang dalam 12 bulan ke depan, dengan 56% UKM dan 65% perusahaan besar dan perusahaan pasar menengah ingin menerapkan API dalam hubungan perbankan mereka.
Peluncuran DBS MAX QRIS ini sejalan dengan kesiapan para nasabah korporasi dalam mengadopsi sistem digital.
Secara khusus, dalam hal investasi pada digitalisasi saluran penjualan dan distribusi, UKM di APAC berinvestasi dua kali lipat dari perusahaan besar dan perusahaan pasar menengah (21% dibandingkan dengan 10%) terkait anggaran teknologi.
Dalam hal dukungan digital, bank akan tetap menjadi mitra pilihan untuk bisnis di APAC.
Hal ini untuk mengimbangi inovasi fintech dan menemukan solusi digital yang tepat, dengan hampir delapan dari 10 bisnis (85%) menyebutkan hal itu sebagai pilihan yang disukai (meningkat dari 69% pada 2020).
Group Head Cash Management Product, Global Transaction Services, DBS Rachel Chew, mengatakan memperkenalkan layanan DBS MAX QRIS di Indonesia adalah bukti nyata akan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi dan memperluas transformasi digital bagi nasabah korporasi.
“Dengan hadirnya DBS MAX QRIS, nasabah korporasi kami dapat mengatur dengan efisien proses penerimaan dari layanan “Scan and Pay” dari pembeli. Ini memudahkan nasabah untuk terus beroperasi dan menerima pembayaran tanpa interaksi fisik dan inilah kemudahan yang ditawarkan oleh DBS MAX QRIS,” tutupnya.
Komentari tentang post ini