JAKARTA – Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2028-2029.
Menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), percepatan transisi energi berpotensi menjadi pendorong utama pencapaian target tersebut.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan kebutuhan pembiayaan transisi energi mencapai USD280 miliar hingga 2030.
Namun, dari total kebutuhan tersebut, hanya 30 persen yang dapat dibiayai melalui anggaran negara.
Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya konsistensi berbagai pihak di dalam negeri untuk terus berkontribusi dalam pendanaan yang mendukung transformasi bisnis berkelanjutan, khususnya dari lembaga keuangan, termasuk bank.
Ini pun sejalan dengan Roadmap Keuangan Berkelanjutan (RKB) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong lembaga pembiayaan kegiatan berkelanjutan dan transisi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Sebagai mitra tepercaya untuk pendanaan berkelanjutan, kami percaya bahwa pembiayaan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi krusial untuk mendorong ekonomi berkelanjutan, mendukung proyek hijau, dan transisi energi Indonesia mencapai target Net Zero Emission 2060,” ujar Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie.