JAKARTA-Mempercepat ambisi DBS Bank Ltd (DBS Group) untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero emissions) menjelang tahun 2050, Bank DBS Indonesia senantiasa mengedepankan komitmennya dalam mendukung visi DBS Group untuk menjadi “Best Bank for A Better World”.
Komitmen ini diwujudkan melalui tiga pilar keberlanjutan, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practice dan Impact Beyond Banking.
Hari ini, Bank DBS Indonesia memperkenalkan Indonesia Sustainability Council, dewan yang membantu menjalankan strategi dan roadmap Bank DBS Indonesia dalam mengatasi isu environment, social, dan governance (ESG).
Dibentuk sebagai komitmen untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan, Indonesia Sustainability Council akan mengoordinasikan upaya-upaya berkelanjutan DBS Group bersama Group Sustainability Council dan dewan keberlanjutan lainnya di lima pasar utama DBS Group di luar Singapura.
DBS Group secara signifikan mempercepat agenda keberlanjutannya ketika menerbitkan panduan “Our Path to Net Zero” dan menetapkan target emisi nol bersih pertamanya untuk emisi pembiayaan (Cakupan/Scope 3) oleh DBS Group sebagai bank pada bulan September 2022.
Target dekarbonisasi DBS Group diputuskan berlandaskan sains dan merupakan salah satu yang paling ambisius dan komprehensif di industri perbankan global.
Dalam panduan tersebut, terdapat sembilan sektor yang menjadi fokus utama, mulai dari sektor aviasi, otomotif, properti, kimia, pangan dan pertanian, minyak dan gas, energi, baja, dan pelayaran.
Secara keseluruhan, kesembilan sektor prioritas ini diakui sebagai beberapa sektor penghasil karbon terbesar dalam ekonomi riil dan secara kolektif menyumbang sebagian besar emisi gas rumah kaca global.
Kedepannya, DBS Group senantiasa mewujudkan dan mengoperasionalkan target emisi nol bersihnya dengan berfokus pada area-area prioritas berikut: (i) sumber daya manusia, (ii) data, (iii) proses, dan (iv) serta perangkat analisis, yang merupakan esensi dari perwujudan target emisi nol bersih DBS Group.
Meskipun transisi di Asia sangat kompleks, misalnya disebabkan pertimbangan sosio-ekonomi, namun tetap penting untuk berkomitmen secara nyata menuju masa depan rendah karbon di kawasan ini.
Dari lebih dari 140 negara yang mengumumkan atau sedang mempertimbangkan target nol karbon, 25 negara diantaranya berada di Asia, dengan komitmen yang mencakup sekitar 47% emisi global.
Korporasi di Asia juga mengalami kemajuan dalam berkomitmen atau menetapkan target dekarbonisasi berbasis sains.
Komentari tentang post ini