Realisasi komitmen tersebut tertuang dalam laporan “Our Path to Net Zero – Supporting Asia’s Transition to a Low-carbon Economy” yang memaparkan target dekarbonisasi Bank DBS untuk sejumlah sektor strategis.
“Target dekarbonisasi akan berperan sebagai panduan untuk pembiayaan kami ke emisi nol bersih melalui perubahan yang terukur,” ujar Piyush Gupta.
Sembilan sektor industri sebagai target dekarbonisasi
Laporan tersebut menjelaskan keikutsertaan Bank DBS dalam menjalankan kewajiban penyelarasan portofolio pinjaman dan investasi dengan target emisi nol bersih di 2050.
Dalam laporan yang sama, Bank DBS menetapkan target dekarbonisasi yang berfokus pada sektor daya, minyak dan gas (migas), otomotif, aviasi, ekspedisi, baja, real estate, serta untuk sasaran cakupan data meliputi pangan dan agribisnis, juga bahan kimia.
Kesembilan sektor dekarbonisasi yang menjadi sasaran Bank DBS sejauh ini merupakan deretan institusi yang menghasilkan emisi terbesar dari portofolio Bank DBS.
Di antara sejumlah sektor itu, migas merupakan salah satu sektor yang mendapat sorotan. Pasalnya sektor ini tengah dituntut untuk menghasilkan energi yang lebih bersih.
Oleh sebab itu, Bank DBS menargetkan pengurangan emisi absolut dari pendanaan di sektor migas sebesar 28 persen di 2030 mendatang.
Bank DBS juga memahami aspirasi nasabah yang juga memperhatikan isu lingkungan.
Kini nasabah tidak perlu lagi khawatir karena sejak April 2019 yang lalu, Bank DBS sudah menegaskan komitmennya terhadap pembiayaan berkelanjutan dengan tidak lagi menyalurkan kredit untuk batu bara.
Kebijakan ini dilakukan secara bertahap oleh Bank DBS dan berjalan beriringan dengan strategi untuk meningkatkan dukungan anggaran terhadap sektor energi terbarukan, yakni sebesar S$5,9 miliar pada 2021 dari S$4,2 miliar pada 2020.
Komentari tentang post ini