JAKARTA-Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berencana mendatangkan rektor dan guru besar atau profesor dari luar negeri untuk mengelola perguruan tinggi agar memiliki reputasi internasional. Saat ini pemerintah sedang mengkaji aturan dan sistemnya.
Meskipun wacana ini mendapat respon beragam, pro dan kontra dari public, Ketua DPP Partai Hanura, Benny Rhamdani menilai mendatangkan pengajar asing menjadi pilihan rasional guna meningkatkan daya saing.
“Saya pribadi sependapat dengan gagasan progresif ini, dan Presiden Jokowi yang visioner dapat dipastikan juga mengamini ide ini untuk mengakselerasi competitiveness perguruan tinggi di Indonesia untuk dapat bersaing di kancah global,” ujar Benny dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/8).
Sebelumnya, dalam pidato Visi Indonesia, Jokowi menegaskan bahwa dunia sedang berubah, tantangan ke depan akan semakin berat. Oleh karenanya, peningkatan SDM menjadi tumpuan dan prioritas Nawacita II, pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin 5 tahun ke depan.
Benny menegaskan, kunci utama yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pembenahan mendasar terhadap perguruan tinggi di Indonesia. Para lulusan perguruan tinggi inilah yang akan menjadi harapan untuk membawa Indonesia maju dan mampu bersaing, baik dalam konteks kawasan maupun lingkungan global.
Benny mengatakan rekrutmen rektor asing dan tenaga pengajar asing sebenarnya jamak dilakukan di negara-negara Eropa, bahkan di negara jiran, Singapura. Nanyang Technological University (NTU) Singapura, misalnya yang baru didirikan pada 1981, namun saat ini sudah masuk 50 besar dunia.
“Singapura dengan kemajuan fasilitas medis di rumah-rumah sakit yang handal dengan dukungan para tenaga medis berstandar internasional, patut menjadi contoh bagaimana Singapura mengembangkan pendidikan kedokterannya. Salah satunya dengan mengijinkan rektor dan dosen asing memimpin dan mengajar perguruan tinggi di Singapura,” jelasnya.
Demikian juga, pengalaman Dubai dengan lompatan kemajuan seperti sekarang ini juga tidak lepas dari intervensi dunia pendidikan tinggi.
Pada tahun 60an untuk perjalanan antar kota di sekitar Dubai masih jalan kaki. Padahal Indonesia sudah mengenal moda transportasi mobil, bahkan Mercy salah satu merek terkenal sudah ada di Indonesia.
“Tapi lihat kemajuan Dubai sekarang ini, perguruan tingginya juga menjadi percontohan dan semuanya itu, karena perguruan tinggi yang memiliki kualitas tinggi dan produktif,” tambahnya.
Dalam skala QS World University Ranking (QS-WUR) yang selama ini dijadikan acuan Kemenristekdikti, dari 4700 PT yang dimiliki, harapannya akan mampu bersaing menjadi 20 besar PT dunia, seperti yang diraih NUS dan NTU Singapura.
Atau setidaknya 100 besar dunia seperti yang diraih Universiti Malaya (UM) dari negara jiran, Malaysia. Nyatanya, sampai saat ini dari ribuan PT di Indonesia, belum ada yang mampu berada di level tersebut.
Komentari tentang post ini