Sayangnya, saat ini, kita terlalu ‘sibuk’ untuk menikmati keindahan hidup.
Fokus yang berlebihan pada kenyamanan manusia telah membuat kita mengalihkan perhatian pada eksploitasi, mengubah keinginan menjadi kebutuhan, dan menempatkan kemewahan buatan sebagai satu-satunya prioritas hidup.
Kita tampaknya telah kehilangan rasa estetika alami, kemampuan untuk merasakan keindahan di dalam dan di sekitar kita. Industri pariwisata komersial memproyeksikan beberapa tempat sebagai “menarik” dan banyak yang menjadi korban gimmick pemasaran ini.
Namun, ini bukan berarti tempat-tempat ini tidak memiliki kualitas yang unik dan luar biasa.
Yang hilang adalah kegagalan kita untuk ‘melihat’ keindahan alam di sekitar kita. Apakah ini menandakan perubahan perspektif dan sikap? Mungkin.
Kita terjebak dalam gagasan pembangunan yang sulit dipahami dan apa yang kita sebut kemajuan dan kesuksesan hanya semakin mengasingkan kita dari alam, selain menyebabkan kerusakan ekologis yang meluas.
Gagasan pembangunan yang keliru ini, yang bersifat multidimensi, mengandung praktik-praktik yang tidak berkelanjutan dan menyebabkan perubahan permanen pada lanskap alam untuk kepentingan manusia.
Salah satu dampak dari terjebak adalah ketidakmampuan untuk melupakan diri di tengah alam.













