Oleh: Salamuddin Daeng
Ambisi besar, tapi kantong kempes, memang akan jadi bahaya. Kalau seorang pejabat publik melakukan hal begini, maka bahaya bagi negara dan bangsa. Itulah yang terjadi dengan negara kita sekarang. Lalu bagaimana dengan tahun kantong kosong 2021?
Sebelum kedatangan korona, keadaan ekonomi sudah memburuk. Demikian juga keadaan BUMN. Sebabnya adalah ambisi yang besar untuk membangun dengan utang, sebagai bancakan proyek para oligark.
Virus korona merenggut korban korporasi pertama sinuhun dari sektor publik pada bulan April, ketika Perum Perumnas, pengembang real estate, gagal membayar utang 200 miliar rupiah ($ 13,4 juta).
Selanjutnya PT Garuda Indonesia, maskapai nasional yang 60% sahamnya dimiliki oleh pemerintah, membuat contoh labirin utang yang buruk dan harus ditolong oleh APBN. Garuda memiliki sukuk $ 500 juta dolar yang jatuh tempo 3 Juni, tetapi hanya memiliki uang tunai $ 299 juta pada akhir 2019.
Pemerintah berencana untuk merestrukturisasi pembiayaan dan mengatur $ 500 juta lagi untuk modal kerja. Tapi itu mengesampingkan suntikan dana langsung.
Komentari tentang post ini