Keberhasilan yang paling terlihat dari strateginya adalah ledakan pembangunan yang berpuncak dengan pembukaan jalur kereta bawah tanah pertama di ibu kota tahun lalu.
Namun Sekarang, Presiden harus menghadapi kenyataan yang buruk. Sebagai perkiraan rasio utang bersih pada BUMN Indonesia berkisar dari 4,5 kali hingga 5,5 kali pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tahun ini, dibandingkan dengan 1,6 kali dari tahun pertamanya menjabat, S&P Global Ratings memperkirakan.
Ini bagian gawat dalam analisis di bulan Juni 2020. Sekarang lebih parah tentunya.
Sementara kasus Jiwasraya korupsi besar terhadap dana masyarakat, kini muncul korupsi dana Asabri yang tidak kalah besarmya.
Semenatara kasus dana publik lain seperti jamsostek dan taspen, tinggal tunggu waktu, bagai bom waktu. Semua masalah akan menjadi tanggung jawab keuangan negara yakni APBN.
Tapi APBN sedang kosong ini bahayanya. Kalau tahun 2020 hanya kempes. Sekarang tidak ada lagi tukang tambal dan tukang isi angin.
Keadaan buruk jika tidak ada perubahan mendasar adalah BUMN indonesia tahun 2021 akan berguguran satu petsatu jika tidak ditolong APBN.
Komentari tentang post ini