JAKARTA-Pelemahan Rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan dampak dari menguatnya dolar AS secara berskala luas (broadbased) terhadap seluruh mata uang, sehubungan dengan semakin solidnya ekonomi AS di tengah lambatnya pemulihan ekonomi di berbagai kawasan.
Nilai tukar Rupiah secara year to date (ytd) per 8 Mei 2018 melemah 3,44%, sedangkan Peso Filipina melemah 3,72%, Rupee India 4,76%, Real Brasil 6,83%, Rubel Rusia 8,93%, dan Lira Turki 11,51%. Tekanan pada nilai tukar mata uang negara-negara maju lainnya juga besar.
Indonesia telah mengalami beberapa tekanan yang cukup besar seperti saat ini dalam lima tahun terakhir sejak Bank Sentral AS melakukan program tapering off di tahun 2013.
“BI meyakini bahwa Indonesia juga akan berhasil melewati tekanan saat ini dengan baik, dengan perekonomian yang tetap tumbuh berkesinambungan dan stabil,” ujar Gubernur BI, Agus Martowardoyo.
Menurutnya, kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercermin dari data realisasi pertumbuhan PDB Triwulan IV 2017, serta pertumbuhan PDB Triwulan I 2018 sebesar 5,06% (yoy), yang tetap stabil, kuat, dengan struktur ekonomi yang lebih baik.
Komentari tentang post ini