“Bagi kami, dalam kawasan ASEAN, ada baiknya BI tidak hanya menggunakan pembayaran USD saja, tetapi juga mata uang mitra dagang kita sebagai pembayaran regional di kawasan ASEAN ,” jelasnya.
“Namun perlu di kaji mendalam oleh BI jika kita menggunakan mata uang bersama seperti Euro seperti negara-negara anggota Uni Eropa,” imbuhnya.
Sebab selama ini lanjutnya Indonesia menggunakan USD lebih banyak terdepresiasi.
Selama setahun lalu saja rupiah cenderung terkoreksi hingga minus 9,3 persen.
Dan dalam sejarah panjang Indonesia menggunakan USD dalam pembayaran internasional, rupiah cenderung konsisten terdepresiasi.
“Tentu ini merugikan secara ekonomi dan keuangan,” tuturnya.
Padahal dalam beberapa tahun ini neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat selalu surplus sehingga harusnya mata uang Rupiah menguat terhadap USD.
Namun hal itu tidak terjadi lantaran banyak faktor lainnya yang dominan,.
Misalnya, kebijakan moneter federal reserve yang terus mempertahankan kebijakan hawkish, yang menyeret sejumlah mata uang global tertekan terhadap USD.
Komentari tentang post ini