Dia menilai, BPR lebih kuat untuk menahan imbas dari gejolak ekonomi global, karena basis usaha industri lebih mengarah ke konsumer, terutama usaha mikro dan kecil. Saat ini, jelas dia, jumlah debitur di industri sudah mencapai 3,2 juta nasabah. “BPR secara industri masih aman dan baik, di tengah gejolak yang terjadi saat ini,” tegasnya.
Bahkan, lanjut Joko, Perbarindo memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2013 bisa mencapai 22 persen. “Kami akan mempertahankan NPL (kredit bermasalah) di bawah 5 persen,” katanya.
Menurut Joko, ada dua strategi utama dari Perbarindo untuk bisa menjaga industri BPR agar tetap mampu bertahan dari krisis. “Pertama, menjaga portofolio outstanding yang sehat. Dan yang paling penting bisa tetap menjaga likuiditas untuk dapat melayani masyarakat,” tuturnya.
Komentari tentang post ini