“Kalau kita harus membangun incinerator besar, itu tentu akan jauh lebih mahal dan juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang terpusat itu juga menimbulkan biaya tersendiri,” imbuhnya.
Selain itu, di dalam rapat Kepala BRIN juga mengusulkan sejumlah teknologi daur ulang limbah medis yang juga berpotensi memunculkan nilai tambah secara ekonomi.
“Ada insentif finansial dari sisi bisnis akibat daur ulang tersebut dan tentu itu akan berpotensi juta mengurangi biaya pengolahan limbah secara keseluruhan,” terang Handoko.
Salah satu teknologi yang dikembangkan BRIN adalah alat daur ulang jarum suntik yang bisa menghasilkan residu berupa bubuk stainless steel murni.
Selain itu terdapat juga alat daur ulang plastik medis yang dapat digunakan untuk mengolah limbah Alat Pelindung Diri (APD) dan masker.
“APD dan masker yang bahannya adalah polypropylene, sehingga kita bisa peroleh polypropylene (PP) murni, jenis plastik polypropylene murni yang nilai ekonominya juga cukup tinggi,” papar Kepala BRIN.
Komentari tentang post ini