BALI – Ketua DPR RI Puan Maharani membuka Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum (WWF) di mana DPR RI bersama Inter-Parliamentary Union (IPU) menjadi tuan rumah dalam forum parlemen WWF itu.
Puan pun menekankan pentingnya gotong royong berbagai pemangku kepentingan terhadap permasalahan air global.
Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum atau Pertemuan Parlemen dalam rangka WWF (Forum Air Dunia) ke-10 digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali.
Pertemuan ini sendiri merupakan bagian dari Sidang Forum Air Dunia ke-10 di mana pada tahun 2024 ini, Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah bersama World Water Council (WWC) atau Dewan Air Dunia.
Puan mengawali sambutannya dalam pembukaan Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum dengan mengucapkan selamat datang kepada seluruh delegasi parlemen dan organisasi internasional yang menjadi peserta acara. Pembukaan juga dihadiri oleh Presiden WWC, Loic Fauchon.
“Selamat datang di Indonesia. Selamat datang di Nusa Dua, Bali. Saya ingin mengawali sambutan ini dengan memberikan apresiasi atas kehadiran para Ketua, Wakil Ketua, dan anggota parlemen pada Parliamentary Meeting on the Occassion of the 10th World Water Forum 2024,” kata Puan, Senin (20/5/2024).
Parliamentary Meeting on The Occasion of The 10th World Water Forum digelar pada tanggal 19-21 Juni 2024 dengan dihadiri 231 partisipan dari 49 negara, termasuk beberapa speaker (Ketua Parlemen).
Puan pun mengatakan, pembahasan mengenai isu air sebagai fondasi kehidupan manusia harus didasari pada sense of urgency terkait isu air sebelum terlambat.
“Isu air dapat menjadi sleeping crisis jika kita tidak segera memberi perhatian. Saat ini, dunia sedang dihadapkan pada ancaman nyata berbagai krisis seperti krisis iklim, ketegangan geopolitik, dan ancaman dari permasalahan energi, pangan, dan air,” ungkapnya.
Puan menjelaskan, dampak perubahan iklim tampaknya semakin tidak terkendali. Hal ini terlihat dari terjadinya gelombang panas, kekeringan, banjir, gagal panen, kebakaran hutan dan bencana lainnya yang terus melanda berbagai belahan dunia.
“Yang paling ekstrem, kelangkaan air telah menjadi ‘new normal’ di berbagai wilayah di dunia. Kelangkaan air telah memperlebar tingkat ketimpangan, lebih banyak kemiskinan, dan memperburuk kondisi kesehatan manusia,” sebut Puan.
“Bukan tidak mungkin, kelaparan, malnutrisi, dan pandemi global akan menjadi momok bagi kehidupan generasi kita dalam beberapa dekade ke depan,” lanjut perempuan pertama yang menjabat sebagai ketua DPR RI ini.
Meski begitu, Puan menyayangkan perhatian dunia saat ini tidak ditujukan untuk menangani ancaman krisis air dan berbagai krisis lingkungan lainnya. Perhatian dunia saat ini lebih pada menghadapi meruncingnya ketegangan geopolitik.
“Berbagai negara berlomba-lomba meningkatkan anggaran modernisasi persenjataan,” tukas Puan.
Ketua Majelis Sidang IPU ke-144 tahun 2022 itu menyoroti bagaimana anggaran militer jauh lebih besar dibandingkan belanja sektor perairan di sejumlah negara.
Studi Bank Dunia menyebut belanja global untuk sektor air kurang dari 10% belanja militer.
Sementara pada saat bersamaan, Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan hampir 2 miliar manusia akan mengalami ‘absolute water scarcity’ atau kelangkaan air mutlak.
Puan meminta semua delegasi membayangkan jika dunia bisa melipatgandakan belanja untuk air bersih.
“Tentu banyak yang akan dapat kita lakukan. Kita melihat telah terjadi misalokasi sumber daya dan pembiayaan di dunia ini. Kita melupakan kepentingan dasar manusia, kepentingan atas air sebagai sumber penghidupan,” ucap Puan.
Komentari tentang post ini