Pertumbuhan ini dianggap sebagai sinyal kuatnya kepercayaan pasar, namun sekaligus mengindikasikan kebutuhan pemantauan risiko yang lebih ketat.
Struktur kredit per Juni 2025 masih didominasi kredit modal kerja (43,93 persen), disusul investasi (27,28 persen), dan konsumsi (28,81 persen). Penyebaran perilaku pinjaman yang semakin luas di berbagai lembaga membuat kebutuhan integrasi data lintas institusi menjadi semakin mendesak.
Data Internal Saja Tidak Cukup
Direktur Utama CLIK, Leonardo Lapalorcia, mengatakan bahwa kemampuan mengelola risiko kini menjadi faktor penentu daya saing lembaga keuangan.
“Keunggulan hanya bisa dicapai ketika lembaga memiliki gambaran risiko yang menyeluruh. Bukan hanya menyalurkan pinjaman, tetapi menjaga kualitas portofolionya,” ujarnya.
Menurut Leonardo, lembaga keuangan tak lagi bisa mengandalkan data internal saja untuk membaca perilaku peminjam.
“Risiko bergerak cepat. Peminjam mungkin terlihat stabil secara internal, tetapi menunjukkan gejala penurunan ketika dilihat dari aktivitasnya di lembaga lain,” katanya. Portfolio Risk Insight, tambahnya, memberi visibilitas tersebut.
Portfolio Risk Insight memadukan data eksternal (off-us) dan internal (on-us) untuk memetakan risiko secara lebih presisi. Pendekatan segmentasi perilaku dan indikator prediktif digunakan untuk mendeteksi pola-pola risiko yang kerap luput dalam pemantauan konvensional.















