JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, risiko perekonomian global dan domestik masih mempengaruhi keputusan bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen.
“Kami melihat masih ada risiko, baik dari global dan domestik. Current account deficit masih menjadi isu. Trade balance juga melebar menjadi US$1,96 miliar. Dan musimannya, pada triwulan kedua memang defisit current account mengalami pelebaran,” kata Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung di Jakarta, Kamis (12/6).
Selain itu, jelas dia, laju inflasi juga masih menjadi risiko bagi perekonomian nasional. Pasalnya, pada Mei 2014 angka Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mengalami inflasi 0,16 persen (m-t-m) atau lebih buruk dibandingkan sebulan sebelum yang deflasi 0,02 persen.
Dengan demikian, inflasi tahunan hingga Mei menjadi 7,32 persen atau meningkat dibanding April yang sebesar 7,21 persen.
“Dari sisi inflasi, kami melihat adanya risiko inflasi, terutama yang bersumber dari adminsitered price, seperti kenaikan TTL (tarif tenaga listrik). Ini akan memberikan tekana pada inflasi ke depan,” tutur Juda.