Daeng melanjutkan, utang Pertamina telah meningkat dengan sangat cepat selama kepemimpinan Dirut sebelumnya.
Tahun 2018 ketika Nicke Widyawati diangkat menjadi Direktur Utama (Dirut) Pertamina, utang Pertamina dalam laporan keuangan 2017 sebesar 27,38 miliar USD.
Jika dirupiahkan utang Pertamina pada akhir tahun 2017 tersebut maka dikalikan dengan kurs rata rata saat itu yakni adalah Rp 13.379/USD.
“Maka nilai utang Pertamina berdasarkan laporan keuangan tersebut adalah Rp 366,3 triliun,” terangnya.
Namun dalam tempo lima tahun utang Pertamina bertambah dengan cepat, secepat kereta cepat Jokowi.
“Satu periode pemerintahan utang Pertamina langsung menggunung. Didukung oleh koleganya direktur keuangan tidak ada satu orangpun yang dapat menahan mereka berhutang,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Daeng menjelaskan tahun 2023 publik dikagetkan betapa besarnya utang Pertamina.
Padahal pertumbuhan ekonomi dan konsumsi BBM Indonesia biasa biasa saja.
Tidak ada lompatan yang berarti pada keduanya.
Utang Pertamina dalam laporan keuangan 2023 mencapai 49,69 miliar USD.
Komentari tentang post ini