Saat ini pemerintah, lanjut Syukur, sedang menata pengembangan sapi di tiga pulau untuk jenis sapi yang berbeda. “Pulau Raya untuk sapi Aceh, Pulau Nusaprinda untuk sapi Bali, dan Pulau Sapudi sapi Madura,” jelasnya
Ketiga jenis sapi lokal tersebut nantinya akan dilakukan pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan mengkawinkan sapi sejenis di tempat yang sama. Kawin silang sapi dinilai kurang efektif bahkan mengurangi berat bobot sapi. “Jadi saat ini sapi bali banyak yang kawin silang dan bobotnya menurun terus. Sama halnya dengan sapi aceh. Ini perlu dimurnikan agar bobotnya tidak kalah dengan sapi di luar negeri. Oleh karena itu kita perlu pemurnian sapi di pulau itu. Jadi nanti ada proyek keroyokan baik itu LIPI dan Kementan. Pendekatan dengan menggunakan teknologi dan rekayasa teknologi,” imbuhnya.
Dikatakan Syukur, Indonesia sampai saat ini masih ketergantungan impor sapi hidup dan daging dari Australia dan Selandia Baru. Tetapi justru untuk produk semen beku atau embrio sperma sapi Indonesia bisa berswasembada. “Di tahun 2012 kita punya 5,2 juta straw (semen beku) sapi sedangkan kebutuhan di dalam negeri hanya 3,2 juta straw,” imbuhnya
Komentari tentang post ini