JAKARTA-PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (“Danamon”) mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,25 triliun pada semester pertama tahun 2015. “Kondisi makroekonomi yang menantang pada semester pertama tahun 2015 berdampak pada bisnis kami, mengakibatkan turunnya permintaan kredit. Namun, dana pihak ketiga dan pendanaan kami terus membaik, memastikan tingkat likuiditas yang tinggi,” kata Direktur Utama Danamon, Sng Seow Wah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (28/7).
Sng menambahkan bahwa Grup Danamon saat ini sedang fokus pada peningkatan produktifitas dan penurunan biaya penyaluran kredit. “Kami juga sedang fokus pada inisiatif cross-selling dan investasi pada segmen bisnis yang sedang berkembang lainnya,” ujarnya.
Kredit kepada segmen usaha kecil dan menengah (UKM), ritel, dan Syariah terus mencatatkan pertumbuhan, sementara kredit pada segmen usaha mikro, kendaraan bermotor, dan korporasi mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan penurunan pada kredit total sebesar 3% menjadi Rp 136,3 triliun dibandingkan Rp 140,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kredit ke segmen UKM mencatatkan pertumbuhan sebesar 7% menjadi Rp 21,6 triliun; sedangkan kredit ke segmen ritel, termasuk kredit kepemilikan rumah dan kredit tanpa agunan serta kartu kredit, tumbuh 16% menjadi Rp 11,4 triliun dari Rp 9,8 triliun. Kredit ke segmen Syariah tumbuh 46% menjadi Rp 2,8 triliun dari Rp 1,9 triliun.
Kredit ke segmen perbankan komersial tetap pada angka Rp 14,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kredit kepada usaha mikro, melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) sebesar Rp 17,4 triliun, turun 15% dibandingkan Rp 20,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kredit kendaraan bermotor dan pembiayaan barang-barang konsumen melalui Adira Finance, menurun 4% menjadi Rp 48,6 triliun dari Rp 50,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kredit kepada segmen perbankan korporasi tercatat sebesar Rp 17,7 triliun atau turun 5% dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, Chief Financial Officer dan Direktur Danamon, Vera Eve Lim mengatakan Giro dan tabungan (Current and Savings Accounts/CASA) tumbuh sebesar 13% menjadi Rp 55,2 triliun dari Rp 48,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Danamon membukukan pertumbuhan giro yang solid sebesar 20% menjadi Rp 23,4 triliun, sementara tabungan tumbuh 8% menjadi Rp 31,8 triliun. Komposisi CASA Danamon meningkat menjadi 46% dari total dana pihak ketiga dibandingan 44% pada tahun lalu. Deposito naik 7% menjadi Rp 65,9 triliun. Total pendanaan Danamon, termasuk CASA, deposito, dan dana jangka panjang, tumbuh 8% menjadi Rp 147,4 triliun. Pertumbuhan pada komposisi CASA menurunkan biaya dana (cost of funds) menjadi 6,2% dibandingkan 6,3% pada periode yang sama tahun lalu. “Rasio kredit bermasalah (gross non-performing loans) naik menjadi 2,9% dari 2,1% tahun lalu, namun angka ini masih dibawah batas maksimum regulator yaitu 5%,” katanya.
Menurutnya, Danamon terus menjaga neraca keuangan yang likuid dengan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (regulatory loan-to-deposit ratio/LDR) yang sehat sebesar 89,6%, membaik dari 98,9% tahun lalu. Rasio kredit terhadap total pendanaan (consolidated loan-to-total funding ratio/LTF) berada pada posisi 83,4%. dibandingkan 91,4% pada periode yang sama tahun lalu.
Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/CAR) konsolidasi sebesar 18,5%, sementara CAR standalone berada pada 19,6%. “Dengan neraca keuangan sehat yang didukung oleh permodalan yang kuat serta tingkat likuiditas yang tinggi, Danamon berada di posisi yang baik untuk tumbuh ke depannya,” kata Sng.
Komentari tentang post ini