Menurut DWS, upaya penanaman harus terus dilakukan karena dirinya kerap mendapatkan keluhan petani sekitar yang mengadu kesulitan mendapatkan air.
Diingatkan kembali bahwa menanam itu tidak hanya untuk yang sekarang tetapi terlebih demi masa depan yang lebih baik.
DWS mengatakan, tahun ini, Indonesia memikul tanggungjawab untuk merealisasikan angka kontribusi nasional penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) pada bulan Februari silam memastikan, Indonesia tidak mengubah target penurunan angka emisi sebesar 29 persen.
Bahkan, target yang tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) itu akan dinaikkan hingga 41 persen pada tahun 2030.
Kepada sejumlah pemuda yang turut dalam kegiatan penanaman, DWS mengajak untuk terus menggali kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan.
Menurut dia, pemerintah Indonesia tidak dapat dibiarkan melakukan upaya-upaya pelestarian sendiri tanpa andil masyarakat.
Karena, meskipun angka target penurunan emisi itu merupakan komitmen yang diserahkan Negara kepada Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC), kontribusi rakyat tetaplah penentu kesuksesannya.
“Tugas kita sebagai warga Negara salah satunya mendukung upaya pemerintah, caranya bisa dengan ikut menanam di lokasi-lokasi kritis seperti ini. Apalagi ini sangat terkait masa depan lingkungan bagi anak cucu kita kelak,” ungkap DWS.