JAKARTA– PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mendapatkan rating buy dari BRI Danareksa sekuritas dengan target harga di Rp 1.050 per saham.
Angka tersebut 20% lebih tinggi dari harga penawaran perdana (IPO) yang dilakukan perusahan akhir Februari tahun ini sebelum resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.
Lebih lanjut, target tersebut 23% lebih tinggi dari harga terakhir saham PGEO yang pada Selasa (13/6) ditutup di angka Rp 855 per saham.
Dalam risetnya, Analis Danareksa Hasan Barakwan mengungkapkan ada tiga faktor utama yang membuat dirinya optimis PGEO mampu mencapai target tersebut.
Pertama adalah posisi PGEO sebagai pemimpin dan merupakan perusahaan geothermal terbesar di RI yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia.
Kedua adalah penambahan kapasitas jumbo 165 MW yang telah masuk pipeline dan akan dituntaskan PGEO di tengah kondisi lokal, regional, dan global yang mulai melakukan transisi ke energi bersih.
Terakhir adalah komitmen untuk membagikan dividen 50% laba bersih yang merupakan sinyal bahwa perusahaan memiliki keran pendapatan yang stabil.
Untuk tahun buku 2022, pemegang saham PGEO menyetujui pembagian dividen senilai US$ 100 juta atau setara 79% laba bersih PGEO yang mencapai US$ 127 juta.
Saat ini PGEO diketahui mengoperasikan 13 wilayah kerja dengan total kapasitas 1.877 MW, yang mana sekitar sepertiga dikelola mandiri dan sisanya dioperasikan bersama lewat kontrak kerjasama operasional.
PGEO akan menyelesaikan penambahan 600 MW kapasitas terpasang dalam 5 tahun ke depan yang akan memantapkan posisinya sebagai perusahaan geothermal terbesar di Indonesia.
Selain itu analis Danareksa juga menambahkan bahwa PGEO yang telah memiliki kontrak jangka panjang yang menguntungkan (take-or-pay)dengan PLN akan menyokong operasional perusahaan dan memberikan aliran kas stabil bagi PGEO.
Danareksa memproyeksikan dari 2021 hingga 2026 pendapatan PGEO tumbuh dengan CAGR 5,9%.
Sementara EBITDA pada periode yang sama tumbuh dengan laju yang lebih cepat atau CAGR 6,6%.
Adapun margin keuntungan PGEO tahun 2023 diprediksi mencapai 41,8% naik dari 33% pada tahun lalu dan rata-rata 3 tahun di 25,5%.
Neraca keuangan PGEO juga diprediksi akan semakin tangguh dan sehat di masa depan ditopang oleh profitabilitas yang lebih tinggi dan pembayaran sebagian utang dari dana perolehan IPO.
Lebih lanjut PGEO juga mampu mengumpulkan US$ 400 juta lewat penerbitan green bond untuk menjembatani sebagian fasilitas pinjaman perusahaan.
Danareksa memperkirakan PGEO akan secara stabil mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba setiap tahunnya.
Target harga Rp 1.050 per saham memberikan implikasi bahwa harga saham perusahaan diperdagangkan 17,7 kali laba per dasar saham (PE) untuk proyeksi kinerja penuh 2023.
Komentari tentang post ini