JAKARTA-Perlambatan pertumbuhan ekonomi telah memporakprandakan fonadasi ekonomi nasional, termasuk sector Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor UMKM yang selama ini menjadi penggerak terbesar ekonomi Indonesia dan menjadi bumper saat krisis moneter tahun 1998, kini terancam badai kolaps. Ribuan usaha rakyat ini bahkan gulung tikar.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan saat ini jumlah UMKM di Indonesia mencapai 99 persen dari total pelaku usaha di Indonesia. Hanya 1 persen saja usaha yang sifatnya konglomerasi. “Jadi kalau sekarang terjadi perlambatan, maka yang melambat adalah usaha yang jumlahnya terbesar itu (UMKM). Hampir semua sektor tidak berjalan, berhenti seperti industri pertambangan tumbuh negatif, industri manufaktur, capital intensif, apalagi industri padat karya,” ujar Enny dalam Diskusi Senator Kita di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (23/8).
Menurutnya, sektor UMKM kini terpuruk karena daya beli masyarakat mengalami penurunan. Sehingga, imbal balik produksi UMKM tidak tercapai dan mengakibatkan sektor usaha kecil menjadi mati. “Produk tekstil saja sudah tidak keluar sejak 2014. Tapi sayang tidak ada kebijakan kongkret dari pemerintah supaya produk bisa terjual,” katanya.
Enny meminta kepada pemerintahan Jokowi-JK agar memahami kondisi dan situasi para pelaku usaha dengan mengeluarkan kebijakan yang tepat. Sebab, penyebab utama menurunnya daya beli masyarakat sekarang lantaran kebijakan pemerintah sendiri bukan faktor perlambatan ekonomi global. “Yang memulai daya beli masyarakat turun, karena kebijakan kita sendiri soal harga. Tepatnya saat harga BBM naik secara sporadis tanpa kalkulasi yang matang dan berdampak terhadap daya beli masyarakat,” tutupnya.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Muharam mengakui para pelaku UMKM mengalami penurunan omzet akibat perlambatan ekonomi. Produk mereka tidak laku dan membuat omzet anjlok cukup dalam. Bahkan penurunan omzet ini hampir mencapai 40 persen dibanding sebelumnya. “Saya juga jalan-jalan ke ITC fatmawati, Mangga Dua, GI, Thamrin City, itu memang ada mengeluh omzetnya menurun, dan rata-rata berkurang 30-40 persen, biasanya 100 item sekarang hanya 60 item, keuntungan masih ada, tetapi turun,” ujarnya di Jakarta, Minggu (23/8).
Agus berjanji, pihaknya akan memperkuat posisi pelaku UMKM dalam negeri. Pasalnya, UMKM selama ini dinilai dapat menjadi pondasi perekonomian nasional. “Ini sebenarnya lampu kuning menuju krisis, meski belum ke sana (krisis),” imbuhnya.
Agus menambahkan saat ini 98 persen perekonomian Indonesia dikuasai oleh pelaku UMKM dan sisanya didukung oleh usaha skala besar. Untuk itu, sektor UMKM akan diperkuat guna menahan perlambatan ekonomi seperti saat ini. “Kalau misalnya pondasi dianggap usaha mikro, maka pondasinya harus diperkuat, kalau terganggu itu mengkhawatirkan, kalau 1998 itu pondasi dan pilarnya masih kuat,” tutupnya.
Komentari tentang post ini