Penjualan online atau e-commerce saat ini sudah menjadi bagian penting dalam industri ritel di Indonesia. Orang-orang yang berbelanja online terus meningkat dan masih akan tetap tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Penyebabnya adakah karena harga yang ditawarkan lebih murah, nyaman, menghemat waktu, bisa memilih lebih banyak produk dan penjual, serta meningkatnya jumlah pengguna internet dan telepon pintar.
Penjualan ritel melalui internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada 2018, penjualan e-commerce naik menjadi 4 persen dari total penjualan ritel di Tanah Air. Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,4 persen. Selama periode 2007 hingga 2018, total penjualan online rata-rata tumbuh sebesar 25,3 persen per tahun. Penjualan online ini tentu saja jauh melampaui rata-rata penjualan offline yang tumbuh 9 persen per tahun di periode yang sama.
Penjualan ritel internet di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, karena didukung oleh pembangunan infrastruktur, tinggginya tingkat penetrasi telepon pintar, dan meningkatnya populasi penduduk berpenghasilan menengah.
Para pemain e-commerce tidak hanya menjual produk lewat platform Tokopedia, Shopee, Lazada, Zalora, Blibli, atau Bukalapak saja, tapi juga menjual produk lewat media sosial, seperti Instagram.
Ancaman lain yang bisa menggerus laba perusahaan-perusahaan ritel datang dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Volatilitas rupiah merupakan risiko potensial di semester II. Sebab, nilai tukar dolar Amerika Serikat berkaitan erat dengan produk barang-barang konsumsi yang bergantung pada impor hingga di atas 50 persen. Setiap terjadi depresiasi rupiah, maka margin laba perusahaan akan tergerus.
Komentari tentang post ini