Oleh: Sadikin
Pasca ledakan Bom 13/5 di Surabaya, seluru teori tentang “zoorios politicon” telah berevolusi menjadi “antropofagus”. Teori-teori tentang sosial telah berhenti bermetomorfosis, akibatnya surplus fitnah dan defisit keakraban berwarga negara dalam ruang publik polis.
Dalam hitungan 3 menit IQ nasional deflasi 0,01 % karena hilangnya sensasi percakapan berwarga negara dalam ruang publik polis. Karena gagalnya teori sosial dalam memproduksi konsep citizenship.
Di dalam pembuluh darah manusia Indonesia, mengalir dua variabel, yaitu: manusia indonesia sebagai warga komunitas (community citizenship) dan manusia indonesia sebagai warga negara (national citizenship).
Kegagalan konsep dalam berwarga negara, cendrung melihat kasus ledakan bom di Surabaya diakibatkan oleh warga komunitas (agama) sebagai identitas pelaku bom bunuh diri. Hal tersebut dikarenakan oleh cara menganalisis kasus dengan menggunakan pisau diakronik, yaitu melihat kasus dengan rentetan pristiwa yang terjadi.
Mestinya dalam menganalisis kasus itu, publik harus menggunakan pisau sinkronik, yaitu melihat isi dari faktor kenapa kasus itu bisa terjadi. Logika sinkronik itu yang tidak digunakan dalam percakapan berwarga negara dalam menganalisis kasus ledakan bom di Surabaya.
Komentari tentang post ini