Defisitnya kemarahan publik, menyebabkan hilangnya publik ethic dalam percakapan berwarga negara. Apa lagi doktrin dengan semantik dari mercusuar “kami tidak takut”. Frasa itu muncul dari pusat kekuasaan pemerintah, yang mengundang reaksi bersusulan dari jaringan terorisme.
Mestinya frasa itu, harus dihilangkan dari percakapan berwarga negara dalam rangka menjaga stabilitas keamanan nasional. Karena itu, pemerintah melalui Badan Inteligen Nasional (BIN), harus bekerja, bekerja dan bekerja keras seperti semboyan pemerintahan Jokowi-JK dalam mengungkapkan dan mencega terjadinya peledakan bom yang bersusulan.
Sampai dengan detik ini, kabut kebencian dalam sensasi keakraban berwarga negara masih menyelimuti langit biru Indonesia. Tentu kita mengutuk tindakan teroris tersebut, tapi tidak harus menghilangkan publik ethic dalam percakapan berwarga negara. Tindakan terorisme memperkeruh wacana politik nasional 2019 dan meretak bangunan bangsa indonesia. Karena itu kita rawat Indonesia dengan membangun keakraban berwarga negara dalam ruang publik polis.
Komentari tentang post ini