“Stok jagung yang menjadi acuan saat ini bukan yang ada pada pelaku industri besar, namun stok jagung yang berada dalam sirkulasi yang dikendalikan oleh pemerintah, yang diperuntukkan bagi peternak mandiri. Kalau bicara tentang genjot budidaya, saat ini kami sudah selalu monitoring dan buka berbagai peluang baru bagi petani untuk dukungan di berbagai aspek. Sebenarnya stok pun ada, seperti yang saya amati sendiri di daerah Cepu, kontainer sudah berjejer antre untuk mengambil stok jagung,” ungkap Suwandi.
Menurut Ditjen PDN Oke Nurwan, harga telur dapat terjun drastis sedemikian rupa karena pada masa COVID-19 ini, dengan berbagai PPKM yang diberlakukan, konsumsi telur yang biasanya lari ke Industri, Perhotelan dan Restoran, kini berhenti dan dilimpahkan ke pasar masyarakat.
“Stok telur akhirnya meningkat dan harganya jelas anjlok hingga selisih 5000 rupiah dari Harga Acuan. Bisa saja nanti bahkan peternak mandiri tidak akan menjual telur dan justru menjual jagung untuk dapat untung lebih besar,” ungkapnya.