Salah satu contoh yang relevan adalah bagaimana data dari pembelian makanan dan minuman secara online, baik dari layanan pesan antar melalui aplikasi transportasi daring, lokapasar (online marketplace), dan media sosial dapat dikumpulkan menjadi big data dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat memprediksi perilaku konsumen dan mengidentifikasi tren konsumen.
Namun begitu, perusahaan industri mamin juga masih mengalami kendala dalam menghasilkan produk personal.
Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Head of Manufacturing PT. Greenfields Indonesia, Darmanto Setyawan.
Ia menyatakan, personalisasi produk menjadi tantangan sendiri bagi produsen.
Apabila perusahaan tersebut menyediakan produk-produk yang melayani berbagai kelompok umur, sedangkan kebutuhan gizi seseorang akan berbeda-beda di setiap tahapan kehidupan, hal ini dapat menyebabkan stock keeping unit (SKU) perusahaan meningkat secara eksponensial.
“Mengelola peningkatan SKU terkait dengan bahan persediaan, formulasi, perencanaan produksi dan penjadwalan serta efisiensi karena kerugian material dan perubahan dari waktu ke waktu itu sangat kompleks. Dampaknya, adalah perlu kontrol lebih dari validasi bahan baku, kontrol proses dalam produksi dan perlunya transparansi yang lebih besar, termasuk traceability,” ungkap Darmanto.
Komentari tentang post ini