Bahasa Indonesia yang juga digunakan secara luas di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei, komunitas di Belanda dan Suriname adalah bahasa resmi ke-10 yang diakui oleh Majelis Umum UNESCO.
Sembilan bahasa lainnya yang diakui adalah Inggris, Arab, Mandarin, Prancis, Spanyol, Rusia, Hindi, Italia, dan Portugis.
Menurut Algooth penting bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk terlibat dalam diplomasi publik mempromosikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting karena sampai saat ini dikotomi karya ilmiah harus berbahasa Inggris maupun rezim jurnal ilmiah Scopus yang membelenggu dunia pendidikan di Indonesia masih sangat kuat.
“Salah satu kesulitan para dosen di Indonesia adalah tuntutan jurnal berbahasa Inggris, meski regulator pendidikan tinggi bahkan pemerintah sudah mengupayakan jalan keluar yang bijak salah satunya melobi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Unesco, Perguruan Tinggi juga harus bekerja keras mengupayakan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional,” paparnya.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) menetapkan jurnal internasional adalah suatu karya ilmiah yang ditulis dan dipublikasikan dalam skala internasional dan dapat dipertanggungjawabkan, minimal ketika penulisnya berasal dari dua negara berbeda.
Salah satu kriteria jurnal internasional yang ditetapkan Dikti selain jurnal memenuhi kaidah ilmiah dan administrasi penerbitan adalah menggunakan bahasa resmi PBB yang sampai saat ini masih dibatasi pada pilihan bahasa Arab, Inggris, Rusia, Perancis, Spanyol dan Mandarin.
“Nah ini perguruan tinggi melalui berbagai saluran formal maupun non formal harus bisa melakukan persuasi terhadap Dikti perihal Bahasa Indonesia yang sudah diakui oleh UNSECO, sehingga dikotomi jurnal internasional harus bahasa Inggris seharusnya bisa diubah semakin dinamis,” tuturnya.
Pada sisi lain, lanjutnya, diplomasi publik yang intensif juga harus dilakukan untuk meningkatkan kesaadaran masyarakat global tentang pentingnya bahasa Indonesia.
“Jangan sampai kita hanya menjadi tuan di kampung sendiri, sementara orang luar sebetulnya tidak terlalu menganggap Indonesia itu penting.”
Algooth mendapati meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi di UNESCO, Bahasa Indonesia yang digunakan banyak individu ternyata belum menjadi salah satu bahasa yang disajikan oleh Vatican News yang multilingual.
Vatican News adalah media resmi di Tahta Suci Vatikan.
“Vatican News sebagai bagian dari Dicastery for Communication Vatikan yang sudah berusia ratusan tahun melihat bahasa Indonesia belum sebagai hal yang penting, sehingga justru Bahasa Melayu yang mereka pilih. Ini menjadi perhatian penuh Dubes Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, Trias Kuncahyono,” tuturnya.
Vatican News adalah portal berita resmi Tahta Suci Vatikan, yang berfungsi sebagai sumber informasi multi media tentang kegiatan, pernyataan, dan peristiwa yang berkaitan dengan Gereja Katolik global dan operasi Tahta Suci Vatikan.
Komentari tentang post ini