Hadi mengatakan, saat ini PEHA sudah memanfaatkan obat bahan alam tersebut, yang memiliki dua produk dari 23 produk obat herbal fitofarmaka yang memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
“Kami memiliki Tensigard yang diformulasikan sebagai anti hipertensi dengan komposisi ekstrak seledri (apium graveolens) 75 persen dan ekstrak kumis kucing (orthosiphon stamineus) 25 persen,” ujar Hadi.
Selain itu, Phapros juga memiliki produk X-Gra yang berfungsi meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh pada pria, memperbaiki kualitas sperma, serta mengatasi masalah ejakulasi dini.
“Terbuat dari ekstrak ganoderma lucidum (jamur Ling Zhi), ekstrak eurycomae radix, ekstrak ginseng, ekstrak retrofracti fructus (lada hitam) dan royal jelly,” katanya.
Lebih lanjut Hadi memgungkapkan, pengembangan obat herbal fitofarmaka masih sangat sedikit di Indonesia, karena terdapat sejumlah tantangan terkait sumber daya alam tumbuhan yang belum dikelola secara optimal, biaya riset yang besar dan proses riset yang panjang, serta harga jual produk herbal yang seringkali lebih mahal dari produk kimia.
Komentari tentang post ini