Jika aparat DJBC tidak berupaya memahami kebutuhan dunia usaha dan melakukan perbaikan yang tepat maka birokrat akan cenderung tidak memiliki empathy dan hanya fokus pada peraturan yang berlaku. Mentalitas dan cara bekerja seperti ini akan menghambat perkembangan bisnis di Indonesia.
“Kalau Anda nda pernah ganti sepatu maka Anda nda akan pernah punya empathy. Jawaban (birokrat) akan selalu pasal, prosedur, aturan dan muka Anda ya muka besi aja (tanpa mau memahami kendala-kendala di lapangan). Which is not helping padahal value kita adalah pelayanan. Dan itu tidak terefleksikan” tambah Menkeu.
Namun demikian, memahami bisnis dan bersikap empathy bukan berarti harus kompromi terhadap integritas dan nilai-nilai profesionalisme.
Para pejabat dan jajaran DJBC harus tetap waspada mengingat kebijakan kemudahan bisnis seringkali disalahgunakan oleh beberapa oknum yang nakal.
Pihak DJBC harus mampu mengeliminir ekses negatif suatu kebijakan dengan menertibkan para oknum tersebut namun tidak mengusik para pelaku usaha yang jujur dan patuh terhadap ketentuan.
Komentari tentang post ini