JAKARTA – Tekanan terhadap nilai tukar rupiah belum juga berhenti.
Pada perdagangan Kamis (3/9), mata uang garuda ini terus anjlok hingga menembus level Rp 14.112 per dollar Amerika Serikat (AS).
Salah satu pemicunya, kesadaran masyarakat menggunakan rupiah mulai luntur.
“Rupiah walaupun dibutuhkan tetapi tidak dicintai,” ujar Direktur Currency Management Board, Farial Anwar di Jakarta, Kamis (3/9).
Menurutnya, indikasi lunturnya kecintaan terhadap rupiah bisa dilihat secara kasat mata.
Sampai saat ini, masih banyak pihak yang lebih suka bertransaksi dengan dollar AS, walaupun tidak dengan pihak asing sebagai mitra dagangnya.
“Di pelabuhan atau bandar udara domestik, transaksi uang asing justru marak terjadi,” katanya.
Karena itu, dia memperkirakan, rupiah akan sulit menguat.
Pasalnya, praktek pengunaan mata uang asing dalam transaksi perdagangan domestik masih tinggi.
“Perusahaan swasta, BUMN ddan sektor ritel banyak yang menggunakan dollar AS dalam bertransaksi,” urainya.
Bahkan sejumlah kontrak dan transaksi bisnis dalam negeri juga menggunakan dollar AS. Sebut saja, kontrak bisnis industri minyak dan gas, kontrak listrik dan transaksi pertambangan.