“Dijamin nol persen kadar gulanya,” jawab Halim tegas.
“Mana buktinya,” sergah Doni.
“Kami punya hasil labnya, pak,” tangkas Halim menjawab.
Doni pun menuju tumpukan piring ukuran kecil. Spontan dia bertanya, “Mana piring yang besar?” Ya, supanya saking antusiasnya, Doni tidak hanya ingin sekadar mencicip dengan piring kecil, tetapi langsung mengambil porsi normal dengan piring besar.
Pada semua hidangan sagu olahan tadi, sudah sangat gurih. Bahkan untuk yang masakan briyani, sudah ada campuran daging di dalamnya. Sehingga praktis tidak lagi memerlukan lauk pauk. Toh, di ujung deretan penanak nasi, tampak dua mangkok berisi balado jengkol. “Wah…. ini nih yang bikin enak,” kata Doni menunjuk jengkol sambil tertawa.
Makanan Leluhur
Sedikit mengilas balik ke belakang. Sejak Doni Monardo menggulirkan program emas hijau tahun 2016/2017 di Ambon (saat itu Doni Monaro menjabat Pangdam Pattimura), Doni sudah mengkampanyekan “menomorduakan nasi dan menggantinya dengan sagu”.
Komentari tentang post ini