Amin pun mengingatkan, wajah transportasi publik selain mengedepankan kenyamanan dan keamanan, seharusnya juga memberikan keterjangkauan dan menghindari biaya sosial dan ekonomi tinggi.
Jangan sampai kebijakan yang diambil berakibat pada peminggiran masyarakat secara tidak langsung untuk melakukan mobilitasnya.
“Rakyat seharusnya diberikan banyak pilihan transportasi publik yang aman, nyaman dan terjangkau. Dan dalam rapat-rapat PT KAI dengan DPR, manajemen KAI tidak pernah sekalipun menyebut operasional Argo Parahyangan merugi. Sekali lagi ini aneh,” ujarnya.
Menurut Amin, transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan.
Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh pada pola pengembangan perkotaan.
Jika dibandingkan, dengan kondisi saat ini, aksesibilitas Argo Parahyangan jauh lebih tinggi dibandingkan Whoosh.
Sehingga wajar jika masyarakat lebih memilih Argo Parahyangan.
Seharusnya manajemen Whoosh segera berbenah agar menarik minat masyarakat luas.
Termasuk dengan meningkatkan aksesibilitas dari dan menuju stasiun kereta cepat.
“Bukan dengan “mematikan” transportasi publik lainnya, yang secara bisnis relatif tidak ada masalah,” tegas Amin.
Ia pun menyebut, biaya tinggi ini akibat rendahnya aksesibilitas dan kurang baiknya jaringan pelayanan angkutan umum.
Sehingga mengakibatkan masyarakat harus melakukan beberapa kali pindah angkutan dari titik asal sampai tujuan.
Ditambah belum adanya keterpaduan sistem tiket, dan kurangnya keterpautan moda transportasi.
Pewarta: Pendi
Editor: Lita
Komentari tentang post ini