Yang lebih memprihatinkan, kata Nyoman, keberadaan BUMN selama ini justru menjadi beban keuangan negara.
“Banyak BUMN yang hanya bisa menghidupi dirinya sendiri, ada BUMN yang mengandalkan Penanaman Modal Negara (PMN), ada BUMN yang terus-menerus rugi dan mati suri,” ujar Legislator dari daerah pemilihan (dapil) Bali I itu.
Nyoman juga menyoroti anak cucu BUMN yang menjauh dari core bisnisnya. Misalnya, BUMN minyak tetapi mengurus rumah sakit, BUMN pelabuhan Pelindo yang ikut mengurus outsourching, Pegadaian mengurus outsourching, perusahaan Komunikasi PT Telkom ikut mengurus bisnis hotel, begitu pula antara Pertamina dengan PGN sama-sama juga mengurus bisnis migas.
“Jadi, pertamina di samping bisnis minyak juga gas, sebaiknnya difokuskan gas ke PGN,” tandasnya.
Meski demikian, Nyoman mengapresiasi blue print yang disampaikan kementerian BUMN.
“Berkaitan dengan tujuh rencana transformasi BUMN yang disampaikan kami memberikan apresiasi. Ini harapan baru yang membawa aura positif pada BUMN yang selama ini sudah berubah, feodal dan minim inovasi,” puji Nyoman.
Komentari tentang post ini