LABUAN BAJO-Pemerintah diminta segera melakukan review kinerja para kontraktor nakal yang dinilai tidak serius dalam mengerjakan proyek infrastruktur jalan di wilayah Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Barat Marselinus Jeramun, SE, saat dihubungi beritamoneter.com, Sabtu (20/1/2024) .
Menurut Marsel, akibat ulah dari para kontraktor nakal, kualitas jalan di wilayah Manggarai Barat jauh dari harapan.
Padahal dana yang digelontorkan tidak sedikit. Ia mengambil contoh pekerjaan peningkatan jalan Momol-Waning- Wae Ncuring di Kecamatan Ndoso daerah pemilihan 2 .
Pemerintah pusat mengalokasikan dana Rp Rp. 23.206.658.727.
‘’Kontraktornya tidak serius. Kualitas jalan tersebut sangat jelek. Kemungkinan karena material dan alat-alat penunjang pekerjaan tidak sesuai dengan spek yang disyaratkan dalam dokumen tender,’’ ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Widya Mandala Surabaya ini.
Ini tentu saja sangat mengecewakan masyarakat dari desa-desa yang dilintasi oleh jalan tersebut.
Kata Marsel, masyarakat desa Pateng, Waning, Tehong dan Kecamatan Ndoso umumnya sudah lama menunggu infrastruktur jalan yang baik dan berkualitas.
Dan mereka tentu bersyukur karena pemerintah pusat mengalokasikan anggaran besar lebih Rp 20 miliar untuk memenuhi harapan mereka.
“Tapi sayangnya kontraktor kerjanya tidak serius. Saya berharap pemerintah daerah segera lakukan evaluasi terhadap kontraktor nakal penegak hukum secara pro aktif bisa memproses ketika terjadi penyimpangan dalam penggunaan anggaran,” tegasnya.
Warga desa Waning Kecamatan Ndoso juga menyoroti kualitas pekerjaan jalan tersebut.
Yosef Nggarang salah satu warga mengungkapkan kualitas material seperti cadas tanah yang digunakan dari sekitar lokasi tersebut dan ketebalan cadas yang digunakan sangat tipis.
Kualitas aspalnya juga sangat diragukan karena jarak pengambilannya sangat jauh yaitu dari kampung Kenari, Kecamatan Komodo, Labuan Bajo.
“Kemarin saya ke jalur Momol-Waning. Di sana ada pekerjaan proyek dari Pateng ke Sumar. Drainasenya juga sangat rendah kualitasnya. Kemudian, kualitas aspalnya juga sangat diragukan karena pengambilannya sangat jauh yaitu dari kampung Kenari Labuan Bajo. Tentu, saat digunakan aspalnya itu pasti dingin karena ambil dari jauh,” tambahnya.
Alat-alat berat penunjang pekerjaan juga tidak memadai. pemadatan jalan menggunakan alat pemadatan (roller) yang sangat kecil.
Ini jelas tidak bisa menghasilkan kualitas yang baik.
Yos menilai royek dengan anggaran lebih dari Rp 23 Miliar yang bersumber dari dana APBN diduga dikerjakan tanpa pengawasan yang memadai, sehingga terkesan dikerjakan asal-asalan dan menimbulkan dampak merugikan keuangan negara.
Karena itu tegas Yos, masyarakat setempat meminta kejakasaan Agung Republik Indonesia atau Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur untuk melakukan supervisi terhadap kondisi jalan tersebut karena ini merupakan keluhan dari warga.
Di sisi lain, Yos sangat meragukan track record kontraktor yang mengerjakan jalan tersebut lantaran perusahaan tersebut berasal dari luar NTT.
Komentari tentang post ini