Untuk diketahui, JAKA merupakan wadah alumnus Unair yang memberikan dukungan kepada paslon 03 Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024.
Pada Pilpres 2014 dan 2019, JAKA mendukung Jokowi sebagai capres, dan berhasil menghantarkan Jokowi menjadi presiden hingga dua periode.
Teguh yang merupakan aktivis ’98 ini kemudian menilik lagi ke belakang saat masa jatuhnya Orde Baru.
Dia mengingatkan akan adanya 13 korban penghilangan paksa atau penculikan para aktivis, yang di antaranya berasal dari Unair.
Mereka yakni Herman Hendrawan dari Fisip Prodi Ilmu Politik angkatan 1990 dan Petrus Bima Anugerah (Bimo) yang juga dari Fisip, Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 1993, yang merupakan yunior dari Khofifah.
“Seandainya teman-teman itu selamat dari penculikan, mereka akan menjadi manusia yang mumpuni (excellent, red) dan mempunyai moral yang baik dalam berkehidupan bernegara. Sayangnya, sampai saat ini nasib kawan-kawan yang merupakan pahlawan reformasi sampai saat ini tidak jelas nasibnya, masih hidup atau sudah tiada. Bahkan kalau sudah tiada, tidak ada kuburnya yang bisa diziarahi keluarganya. Itu semua merupakan hasil dari rekam jejak calon presiden yang potensi melanggar HAM berat,”papar Teguh.
Tak hanya capresnya yang memiliki rekam jejak yang tidak baik, kata Teguh, cawapresnya juga demikian.
Gibran Rakabuming Raka merupakan calon yang tidak legitimated, karena merupakan hasil keputusan MK yang sarat dengan pelanggaran etik.
Hal itu terbukti dengan putusan Mahkamah Kehormatan MK, yang memberhentikan Anwar Usman sebagai Ketua MK. Anwar Usman merupakan paman dari Gibran.
Komentari tentang post ini