Menurut Yudi Latif, yang namanya wawasan nusantara ini hanya fokus kepada dua aspek, yaitu geopolitik dan kultural.
Sebab, kalau meliputi Pancasila dan perekonomian, ini merupakan wawasan kebangsaan.
Dimana secara geopolitik cermin keindonesiaan kita mengalami keretakan dalam Pilkada DKI Jakarta.
“Saat ini kita kehilangan bayangannya sendiri. Tidak tahu. Sedangkan keindonesiaan itu sendiri saat ini perlu mempertegas sila 1,3 dan 5. Sedangkan sila 2 dan 4 hanya sebagai jembatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” ujarnya.
Karena itu jika dalam keberagamaan ini mengedepankan kekerasan dan mengabaikan toleransi dan kasih sayang, kedamaian – rahmatan lilalamin, berarti ada yang salah dalam pendidikan agama.
Sehingga sistem pengajaran agama di sekolah harus ditinjau ulang. Mengingat selama ini Islam justru menjadi elemen keindonesiaan, yang kuat.
Seperti halnya menguatnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini karena selama 20 tahun pasca reformasi dibiarkan berkembang, dan baru kali ini mendapat perhatian serius pemerintah. ***
Komentari tentang post ini