JAKARTA-Perusahaan jasa audit, Grant Thornton Indonesia menilai, saat ini pasar real estat Indonesia mulai mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan pengembang China yang telah terdampak oleh krisis utang perusahaan raksasa properti, Evergrande.
Menurut CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Selasa (23/11), salah satu kekhawatiran dari efek Evergrande adalah kenaikan biaya dana (cost of fund), karena dengan adanya biaya dana tinggi, maka pengembang China yang ada di Indonesia akan tertekan.
Sehingga, lanjut dia, hal tersebut menyebabkan developer China tidak bisa lagi mencari pendanaan di Indonesia, akibat biaya dana yang tinggi.
Akhirnya, pasar real estat di Indonesia akan sulit bekerja sama dengan pengembang asal China.
“Tidak dapat dipungkiri kasus Evergrande dapat membawa dampak negatif yang berhubungan erat dengan masuknya jumlah investasi asing ke Indonesia. Namun, kita harus melihat bahwa investasi properti di Indonesia masih didominasi oleh investor lokal yang sangat memperhatikan pergerakan pasar dalam negeri,” papar Johanna.
Komentari tentang post ini