JAKARTA – Emiten baru ke-18 di tahun ini, PT Kino Indonesia Tbk (KINO), mematok harga tinggi dalam penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) di angka Rp3.800 per saham.
Namun sayangnya, saat pencatatan saham perseroan yang bergerak di barang-barang konsumen atau consumer goods itu justru hanya naik tipis saat proses pencatatan.
Berdasar data papan pembukaan, saham KINO hanya melaju tipis sebesar 1,97 persen menjadi Rp3.875.
Dan angka inj ternyata cukup bertahan lama.
Padahal awalnya, saham KINO sempat naik ke Rp4.250 atau melonjak 11,84 persen.
Biasanya, kinerja saham consumer goods memang relatif apik. Para analis pun banyak yang menganjurkan untuk mengkoleksi saham sektor ini.
Namun bagi direksi KINO, pihaknya optimis saham perseroan akan terus positif.
“Apalagi industri consumer goods ini merupakan salah satu industri yang diharapkan bertahan di kala krisis,” ungkap Presiden Direktur KINO, Harry Sanusi, di Jakarta, Jumat (11/10).
Ia yakin, dengan prospek bisnis KINO karena barang-barang konsumen akan terus diburu oleh masyarakat.
Apalagi, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta menjadi keuntungan tersendiri bagi korporasi di sektor consumer goods, seperti KINO ini.
Dengan kondisi tersebut, dia sangat yakin pertumbuhan kinerja perseroan tahun ini dapat bertumbuh 8 persen.
Dan di 2016 pun dia proyeksikan dapat bertumbuh lebih baik lagi. Pasalnya perekonomian nasional di tahun depan juga akan membaik.
Komentari tentang post ini