Untuk reli pasar terbaru, harga saham BRPT hanya meningkat 2 persen atau tertinggal 12 persen dari pesaing.
Namun demikian, lanjut Arief, kondisi ini justru menunjukkan adanya ruang pertumbuhan yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dan menjadi peluang bagi investor untuk membeli BRPT.
Kekuatan fundamental BRPT tercermin dari anak usahanya, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang berada di ambang dua perkembangan besar.
Pertama, terkait akuisisi 80 persen saham Shell yang diharapkan bisa meningkatkan pendapatan TPIA hingga enam kali lipat, sehingga mendorong pemulihan yang menguntungkan.
Kedua, terkait spin-off Chandra Daya Investasi (CDI), anak perusahaan infrastruktur TPIA dengan kepemilikan 80 persen, yang diyakini akan membuka nilai, serta meningkatkan valuasi TPIA maupun BRPT sebagai induk.
Selain itu, dua anak perusahaan lain yang tidak kalah penting adalah operasi komersial penuh pembangkit listrik 2.000 MW, dengan kepemilikan BRPT sebesar 34 persen.
Dari operasi komersial ini diperkirakan dapat menghasilkan pendapatan asosiasi hingga USD51 juta per tahun pada 2025, serta kolaborasi anak perusahaan properti, Griya Idola.
Griya Idola berkolaborasi untuk menjual 400 hektar lahan industri dan residensial di pelabuhan Patimban dan Cikupa, dengan pendapatan tahunan diperkirakan mencapai USD5 juta mulai tahun 2025.