Jumlah booth tahun ini meningkat signifikan jika dibandingkan Buyers Room tahun 2013 yang hanya terdiri dari 46 booth desainer.
“Kami sangat mengharapkan para desainer Indonesia dan pelaku usaha fesyen Indonesia dapat memanfaatkan penyelenggaraan Fashionlink JFW 2015 sebagai salah satu sarana promosi efektif dalam rangka memperkenalkan produk sekaligus meraih berbagai peluang menjalin kerja sama bisnis dengan buyers, baik lokal maupun internasional,” ujar Sulistyawati.
Sementara itu, ada sembilan booth desainer internasional yang bisa dijumpai pada Fashionlink kali ini, di antaranya berasal dari Korea Selatan, Jepang, dan Thailand.
Diharapkan, hadirnya para desainer internasional dapat semakin mempererat kerja sama, serta bisa membawa JFW ke posisi yang semakin diperhitungkan sebagai ajang fashion week berskala internasional.
Prestasi ekspor fesyen Indonesia cukup membanggakan.
Pada periode 2009-2013, tren ekspor produk fesyen mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,59% per tahun.
Sementara itu, nilainya selama Januari-Juli 2014 mencapai USD 8,47 miliar atau naik sebesar 17,30% dibanding nilai ekspor produk fesyen periode yang sama tahun 2013.
Produk fesyen Indonesia yang mendominasi pasar ekspor terdiri dari produk pakaian jadi dengan nilai sebesar USD 4,65 miliar (54,88%); alas kaki USD 2,36 miliar (27,85%); perhiasan USD 1,46 miliar (17,26%); dan arloji USD 1,43 juta (0,02%).
Sedangkan, yang menjadi negara tujuan ekspor utama, antara lain Amerika Serikat, Jepang, Afrika Selatan, Jerman, dan Uni Emirat Arab.
Melihat peluang pasar yang begitu besar, Sulistyawati mengimbau para pelaku usaha produk fesyen dapat memanfaatkan setiap peluang.
“Saya berharap mereka mampu manfaatkan peluang, menciptakan manajemen yang efektif, tren dan inovasi baru, serta pengembangan merek sebagai identitas produk,” pungkasnya.