Sulitnya membubarkan Ormas Intoleran dan Radikal di Indonesia, bukanlah by accident, melainkan ini adalah sebuah by design bahkan sebuah green design rancangan SBY dan kelompoknya untuk memperkuat posisi Partai Demokrat atau setidak-tidaknya bisa diperalat atas nama dan untuk kepentingan umat pasca SBY berkuasa. Kohesivitas atau keterpaduan kekuatan Ormas Intoleran dan Radikal dengan kekuatan dan kharisma yang dimiliki SBY, nyaris tak terlihat korelasinya selama ini. Namun dalam gerakan anti Ahok, korelasi antara kekuatan kelompok Intoleran dan Radikal dengan SBY demi melindungi kepentingan kelompoknya bertemu.
Ini semua terbaca dari gestur politik atau bahasa tubuh politik SBY sendiri yang tanpa disadari telah memperlihatkan korelasi dan kohesivitas hubungan itu.
Pada era pemerintahan SBY, tepatnya pada tahun 2006 Fraksi PDI Perjuangan pimpinan Tjahjo Kumolo dan Fraksi PKB pimpinan Muhaimin Iskandar meminta SBY dan Kapolri Jend. Sutanto untuk menindak dan membubarkan Ormas-Ormas radikal secepatnya. Namun desakan ini tidak digubris SBY dan Kapolri Jend. Sutanto. Malahan Ormas-Ormas yang Radikal tetap eksis bahkan semakin merajalela melakukan tindakan intoleran dan anarkis.