Dia menjelaskan, kegiatan usaha di beberapa negara tetangga disokong oleh suku bunga kredit yang rendah.
“Suku bunga kita saat ini masih tinggi. Karena itu, pekerjaan rumah Gubernur BI yang baru adalah menurunkan suku bunga ini,” jelas dia.
BI jelas dia harus berwibawa dihadapan pelaku industri perbankan.
“Jangan mau tunduk dengan keinginan bank-bank yang tetap menerapkan suku bunga tinggi,” kata dia.
Selain suku bunga, PR terbesar gubernur BI sebenarnya, persoalan obligasi rekap yang hingga saat ini terus menyandera APBN.
Beban pembayaran obligasi rekap ini membuat agretifitas pembangunan menjadi berkurang.
Namun, anehnya, perbankan yang menerima subsidi obligasi rekap ini tidak tau membalas budi.
Padahal, mereka sudah mendapatkan keuntungan yang sangat besar, namun masih menyusui lewat obligasi rekap yang dibayar oleh pajak rakyat.
“Ini kan jelas adil. Jadi, Gubernur BI yang akan datang benar-benar memperhatikan secara serius persoalan ini,” jelas dia.
Disamping itu kata dia Gubernur BI yang baru juga harus berani membatasi pertumbuhan kredit konsumtif yang sangat tinggi saat ini.
Komentari tentang post ini