Meskipun wacana Gubernur NTT ini belum menjadi kebijakan yang permanen dalam bentuk Perda atau Pergub, namun wacana ini sulit untuk diterapkan. Pasalnya, wacana melarang wisatawan miskin berkunjung ke NTT tidak akan mampu membendung segala macam kelas wisatawan dari berbagai tempat dan kalangan untuk berkunjung ke NTT.
Termasuk wisatawan kategori miskin lantaran para wisatawan jauh lebih paham tentang prinsip-prinsip Kepariwisataan yang universal dimana aktivitas wisata sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia setiap orang untuk menikmati keindahan alam, budaya dan lingkungan sekitar alam termasuk alamnya NTT.
“Bisa saja wisatawan kaya dan miskin memboikot wacana Gubernur NTT soal pelarangan ini sebagai bentuk solidaritas terhadap wisatawan miskin dengan tidak berkunjung ke NTT dalam waktu tertentu sebagai wujud solidaritas untuk menolak wacana melarang wisatawan miskin berkunjung ke NTT,” urainya.
“Jika ini yang terjadi maka Gubernur NTT justru dapat dinilai telah membunuh masa depan Pariwisata NTT dengan ucapan-ucapannya yang kurang bijak dan bertanggung jawab, seperti melarang wisatwan miskin datang ke NTT, bagaimana mengukur seorang wisatawan itu miskin atau kaya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Viktor B. Laiskodat mengatakan wisatawan yang tak berduit atau bukan termasuk golongan orang kaya dilarang berwisata di NTT, karena kawasan wisata di NTT dirancang untuk menjadi destinasi wisata kelas premium.
“Oleh karena itu wisatawan yang miskin jangan datang berwisata ke NTT, karena memang sudah dirancang untuk wisatawan yang berduit,” kata Viktor Laiskodat di Kupang, NTT, Kamis (14/11/2019).
Komentari tentang post ini