Gus Ipin kemudian membawa argumen ke ranah ekonomi dan korupsi.
Ia berpendapat, jika ada potensi kerugian negara, itu bisa diindikasikan sebagai korupsi.
Kerugian negara terlihat jelas dari potensi ekonomi yang hilang karena memilih model yang salah.
Ia merujuk pada sebuah studi yang menunjukkan perbedaan signifikan antara dua model ekonomi.
Ketika kita bertransformasi kepada Ekonomi Hijau (Green Economy), mampu menambah Produk Domestik Bruto (PDB) hampir 3.000 triliun rupiah.
Sementara itu, jika model Ekstraktif (Business As Usual) tetap menjadi domain, ia hanya menghasilkan tambahan PDB sekitar 1.800 triliun rupiah.
“Kalau kita ngomong korupsi atau tidak, Anda milih 3.000 triliun atau 1.800 triliun tambahan terhadap ekonomi? Berarti kan harusnya milihnya yang lebih menambah PDB kita, berarti harusnya ke ekonomi hijau,” tegas Gus Ipin.
Ia ingin menunjukkan bahwa pilihan ekonomi bersih secara finansial jauh lebih menguntungkan.
Bupati muda ini menyadari tantangan terbesar bukan sekadar menolak kegiatan ekstraktif, melainkan mencari solusi alternatif.
“PR-nya adalah mencari ekonomi tanding yang ekonomi dan ekologi bisa hand in hand [berjalan beriringan] ,” kata Gus Ipin.
Ia menegaskan bahwa masih banyak cara berekonomi yang mampu menambah PDB tanpa harus merusak lingkungan.















