Terorisme dan ekstremisme tidak membantu mencapai solusi terhadap konflik antara Israel dan Palestina tetapi mengobarkan kebencian, kekerasan, balas dendam dan hanya membuat salah satu pihak menderita”, lanjut Paus Fransiskus, menyerukan perdamaian bagi negeri yang tersiksa: “Timur Tengah tidak membutuhkan perang, tetapi perdamaian; yakni perdamaian yang dibangun di atas keadilan, dialog dan keberanian persaudaraan”.
Menurut Sri Paus, akar dari sebuah konflik adalah rasa tidak berterima kasih dan pikiran serakah. Rasa tidak berterima kasih memicu keserakahan. Rasa tidak berterima kasih juga menghasilkan kekerasan. Di lain pihak, sebuah ucapan terima kasih yang sederhana saja dapat membawa kedamaian!.
Intinya, Padre Marco Solo menandaskan, Paus Fransiskus mengikuti semuanya dengan peraasaan khawatir dan rasa sakit hati yang luar biasa dan menyerukan agar peperangan segera dihentikan dan kedua belah pihak pun kembali berdamai. Kalau menurut Paus Fransiskus, peperangan adalah sebuah kekalahan manusia, mengapa orang harus terus berada di dalam situasi kekalahan? Apakah tujuan hidup ini adalah meraih kekalahan sepanjang hidup?
Kehendak dan ajakan Paus Fransiskus adalah juga kehendak dan keinginan kebanyakan dari kita semua dan mayoritas polulasi dunia ini. Janganlah kita terkungkung oleh pola pemikiran yang salah bahwa kekerasan adalah solusi terbaik dari berbagai jenis konflik. No! Hanya dialog, negosiasi dan pendekatan-pendekatan kekeluargaan, persahabatan dan pertemanan dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan tenang, tanpa unsur-unsur kekerasan. Jalur ini selalu akan bisa menciptakan perdamaian, kerukunan, penyembuhan dan rehabilitasi sejati dari relasi-relasi yang selama ini retak.
Agama-agama dan hukum-hukum positip yang menyuarakan nilai-nilai di atas harus diolah dan digunakan seoptimal mungkin agar komunitas dunia ini kembali menikmati suasana kehidupan yang tenang, damai, tentram dan sejahtera.
Dengan itu pembangunan akan bisa berjalan dengan semestinya. Kalau ujung-ujungnya kota hingga desa ibarat lautan api dengan pucuk-pucuk nyala setinggi gunung dan kemudian hanya meninggalkan kepingan-kepingan tembok, kapan kebahagiaan yang didambakan bisa tercapai? Setiap peperangan adalah awal kegagalan dan akan menciptakan generasi-generasi gagal.
Komentari tentang post ini