Tentu minat baca itu sendiri bisa dibentuk lewat penciptaan animo masyarakat terhadap buku dan aneka bahan bacaan, yang perlahan tapi pasti mampu menggiring ke arah penguatan minat baca itu sendiri.
Yang kemudian dari minat baca yang baik akan menumbuhkan budaya baca yang baik, sebagaimana berlangsung pada masyarakat Jepang dan negara-negara maju lainnya.
Untuk itu yang harus dilakukan adalah:
Pertama, memproduksi buku berkualitas dari segi materi, bahasanya mudah dicerna, serta menarik dari segi desain, dan beragam ilustrasi yang menopang materi buku itu.
Buku-buku anak dengan muatan materi seperti itu Agar mereka sejak dini memersepsikan buku sebagai hal yang menyenangkan dan memudahkan.
Bukan melulu lautan kata-kata yang bikin pusing karena tak dipahami oleh anak-anak, menjemukan dan bikin ngantuk. Dan dari segi muatan, buku-buku yang menyesatkan pikiran anak tak boleh terakses oleh anak. Penerbit dan pengarangnya harus kena sanksi.
Seperti buku-buku bermuatan permisif terhadap terkait isu penyimpang seksual atau GLBT (Gay, Lesbian, Biseksual, Transeksual) yang beberapa waktu lalu sempat heboh. Atau buku-buku yang membuatnya anak menjadi pribadi yang tertutup terhadap ilmu pengetahuan.
Atau buku-buku yang membuat anak terkungkung dalam kekerdilan isu bermuatan SARA, dan lain-lain. Justru materi-materi buku anak harus mampu menghebatkan anak, menjadikan anak sebagai perawat kebhinnekaan masyarakatnya, menjunjung nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, gotong royong, dan mampu menstimulusnya menjadi pribadi-pribadi hero, dengan keterampilan mumpuni sekaligus berakhlak terpuji.
Kedua, terus mendekatkan akses masyarakat pada buku dan bahan bacaan lainnya, seperti (majalah,koran, audio book, buku digital, dan sebagainya).
Upaya memdekatkan akses masyarakat pada buku bisa dilakukan lewat: Pertama, penguatan Taman Bacaan Masyarakat ((TBM) yang ada selama ini dan mendorong pertumbuhannya di wilayah2 yang belum ada TBMnya.
Stimulus berupa bantuan buku, dan bantuan pada relawan-relawan pengelola TBM sangat perlu dilakukan. Dan mengingat pentingnya peran TBM di tengah perkampungan masyarakat, maka dunia usaha seperti mini-mini market yang menjamur, juga harus didorong kerjasamanya untuk menghidupkan kegiatan rutin dan
program-program TBM lokal.
Dan di sinilah pula kreatifitas pengelola TBM diiji kreativitasnya untuk bekerjasama dengan pengusaha-pengusaha local Kedua, memperbanyak dan mengefektifkan unit-unit perpustakaan keliling berupa mobil pintar dan motor pintar yang beroperasi ke perkampungan.
Harus dipastikan tak ada perpustakaan keliling yang menganggur tak beroperasi dengan alasan biaya operasional yang tinggi.
APBN dan APBD yang ada lebih dari cukup untuk memastikan terpenuhinya biaya operasional perpustakaan keliling. Bahkan untuk penambahan jumlah unitnya.
Ketiga, gedung-gedung perpustakaan-milik pemda maupun perpustakaan nasional, harus diujicobakan untuk dibuka sampai malam.