JAKARTA-PDI Perjuangan menanggapi serius tuduhan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebutkan pemerintahan Presiden Jokowi bisa tidak jujur dan tidak adil dalam menggelar Pemilu 2024 nanti.
Namun tuduhan SBY ini dibantah Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto.
Menurut Hasto, SBY telah menerima info sesat.
Padahal kecurangan masif Pemilu terjadi dijaman SBY menjadi presiden.
“Mohon maaf Pak SBY tidak bijak,” tegas Hasto.
Dalam catatan kualitas Pemilu jelas Hasto, tahun 2009 justru menjadi puncak kecurangan yang terjadi dalam sejarah demokrasi.
Kondisi ini menjadi tanggungjawab SBY .
Hasto lalu membandingkan jaman SBY dengan jaman Soeharto soal kecurangan pemilu.
“Di jaman SBY, manipulasi DPT bersifat masif. Salah satu buktinya ada di Pacitan,” ujarnya.
Selain itu lanjutnya, Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati, yang seharusnya menjadi wasit dalam Pemilu, ternyata kemudian direkrut menjadi pengurus teras Partai Demokrat.
“Diluar itu, data-data hasil Pemilu kemudian dimusnahkan. Berbagai bentuk tim senyap dibentuk. Selain itu, menurut penelitian, SBY menggunakan dana hasil kenaikan BBM untuk kepentingan elektoral. Pada saat bersamaan terjadi politisasi hukum terhadap lawan politik Pak SBY,” ujar Hasto.
Dampak lebih lanjut ujar Hasto, rejim SBYlah yang mendorong liberalisasi politik melalui sistem Pemilu Daftar Terbuka.
“Puncak liberalisasi politik dan liberalisasi di sektor pertanian, terjadi jaman Pak SBY. Dengan berbagai manipulasi tersebut, Partai Demokrat mengalami kenaikan 300%. Paska Pak SBY tidak berkuasa, terbukti hal-hal yang sifatnya ‘bubble’ kemudian mengempes atau pecah sendiri, karena cara menggelembungkannya bersifat instant,” kata Hasto.
Bahkan ada yang bisa menunjukkan berbagai skema kecurangan pada saat Pemilu 2009.
“Kalau memang mau didalami lagi,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Hasto mempersilahkan SBY turun gunung.
“Setahu saya, Beliau tidak pernah lagi naik gunung. Jadi turun gunungnya Pak SBY sudah lama dan berulang kali. Monggo turun gunung,” imbuhnya.
Tetapi kalau turun gunungnya itu mau menyebarkan fitnah kepada Jokowi, maka PDI Perjuangan akan naik gunung agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh SBY.
“Sebab informasi yang diterima Pak SBY sangat tidak tepat. Jadi hati-hati kalau mau ganggu Pak Jokowi,” kata Hasto.
Menurut Hasto, sebagai seorang ayah, wajar SBY ingin yang terbaik buat anaknya AHY.
Untuk itu, bisa tidaknya Demokrat mencalonkan AHY dalam pilpres jangan dijadikan indikator sebagaimana tuduhan adanya skenario Pemerintahan Jokowi untuk berbuat jahat dalam Pemilu.
“Pak Jokowi tidak pernah punya pikiran batil sebagaimana dituduhkan Pak SBY. Pak Jokowi juga tidak menginjak-injak hak rakyat. Dengan blusukan Pak Jokowi mengangkat martabat rakyat,” kata alumni UGM dan Universitas Pertahanan tersebut.
“Apa yang disampaikan oleh Pak SBY bahwa selama 10 tahun Demokrat memimpin tidak pernah melakukan kecurangan Pemilu, mudah sekali dipatahkan. Jadi biar para pakar Pemilu yang kredibel yang menilai demokratis tidaknya 10 tahun ketika Demokrat memimpin. Bukan hanya itu, saksi kunci berbagai kasus korupsi besar pun banyak meninggal tidak wajar di jaman Pemerintahan Pak SBY. Itu yang bisa diteliti,” kata Hasto.
Komentari tentang post ini