Menurut Hensa, instruksi penundaan keikutsertaan dalam retret kepala daerah tersebut bukanlah sekadar keputusan spontan, melainkan respons reaktif terhadap situasi yang mengejutkan PDI-P.
Situasi yang mengejutkan tersebut menurut Hensa adalah penangkapan Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 20 Februari 2025 lalu.
“Hasto ditangkep, sekjen ditangkep itu kan dia belum pernah mengalami itu, jadi respon reaktif dia ya (penundaan) retret,” jelas Hensa.
Penangkapan ini, menurutnya, menjadi pukulan psikologis dan politis bagi PDI-P, mengingat Hasto merupakan salah satu figur kunci dalam struktur partai.
Namun, di balik respons reaktif tersebut, Hensa melihat adanya niat tulus dari Megawati untuk tetap membina hubungan yang konstruktif dengan Presiden Prabowo Subianto.
Pesan salam yang disampaikan melalui Puan Maharani, menurut Hensa, menjadi sinyal bahwa Megawati tidak ingin memperkeruh suasana politik meski ada ketegangan sebelumnya.
“Aslinya kan kelihatannya dia ingin tetap membina komunikasi dan hubungan yang baik antara dirinya dengan Prabowo,” ujarnya.